Home

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang

Jika berkunjung ke Kota Palembang, Sumatera Selatan belum lengkap rasanya jika tidak mengunjungi museum Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Museum ini terletak tidak jauh dari jembatan Ampera, jembatan yang menjadi ikon Kota Palembang. Mengapa dinamakan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II? Menurut Kepala Museum SMB II Raden Muhammad Ali Hanafiah, penamaan ini karena awalnya di lokasi ini berdiri Kraton Kesultanan Palembang Darussalam yang saat itu dipimpin oleh SMBII.

Kekalahan SMB II berperang melawan Belanda pada 1821 membuat dia harus diasingkan ke Ternate. Dan untuk menghilangkan ikatan emosional rakyat Palembang, Residen Palembang bernama Van Siven Hoven menghancurkan kraton SMB II ini. Lalu pada 1823, Belanda membangun kembali bangunan di lokasi ini dengan menggunakan sisa-sisa reruntuhan kraton tersebut. Setelah merdeka, bangsa Indonesia mengambil alih kepemilikan bangunan ini hingga sekarang dijadikan museum. “Arsitektur museum ini bergaya Eropa dan Melayu,” kata Ali Hanafiah.

Museum ini memiliki koleksi benda-benda peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya, masa Kesultanan Palembang Darussalam, dan adat istiadat Palembang. Cukup membayar Rp 5.000 untuk turis lokal dan Rp 20.000 untuk turis mancanegara, Anda sudah bisa menikmati berbagai macam koleksi yang ada di museum ini. Setiap hari museum ini buka dari pukul 08.00 WIB-15.30 WIB.

Berikut beberapa koleksi yang sangat sayang Anda lewatkan ketika berkunjung ke sini.

Prasasti Kedukan Bukit. Prasasti ini ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang pada 29 November 1920. Prasasti ini beraksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno yang berisi tentang perjalanan Dapunta Hyang dari Minanga (Kerajaan Melayu Kuno). Dapunta Hyang kemudian menaklukkan wilayah di pinggir Sungai Musi dan mendirikan kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Boom Baru. Sesuai namanya, prasasti ini ditemukan di pinggir Sungai Musi, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 2, Palembang. Prasasti ini berisi aturan dan hukuman yang dikeluarkan oleh Raja Sriwijaya untuk rakyatnya.

Prasasti Talang Tuo. Prasasti ini ditemukan oleh Residen Palembang L.C. Westenenk pada 17 November 1920 yang dibuat pada tahun 606 saka (23 Maret 684) di Desa Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang. Tulisan pada prasasti ini beraksara Pallawa berbahasa Melayu Kuno yang bercerita tentang taman Sriksetra yang dibangun oleh Raja Sriwijaya Dapunta Hyang Sri Jayanaga.

Selain koleksi peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya di atas, Museum SMB II juga memiliki koleksi-koleksi peninggalan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam yaitu keris, tombak, naskah kuno, kain Songket, dan kain Semage. Di museum ini juga diterangkan bagaimana cara menenun kain Songket yang membutuhkan waktu sebulan. Menurut seorang guide Museum SMB II Abi Sofian, pada masa lalu anak perawan di Palembang tidak diperkenankan keluyuran tetapi harus tetap berada di rumah. Di rumah, para anak gadis diajari menenun kain Songket. Sedangkan urusan jodoh, hanya orang tua mereka yang boleh mencarikan. “Tetapi sekarang sudah jarang anak muda yang menenun kain Songket. Dan urusan jodoh pun mereka bisa mencari sendiri,” kata Sofian.

Selain peninggalan benda-benda, ada juga replika kamar dan pelaminan pengantin khas Palembang. Kamar pengantin ini memiliki kekhasan berupa jumlah bantal yang disesuaikan dengan status ekonomi kedua mempelai pengantin. Jika jumlah bantal kamar pengantin 24 buah maka yang menikah adalah keturunan raja. Jika jumlah bantal 12 buah maka yang menikah orang kaya. Dan jika bantal berjumlah kurang dari 10 maka yang menikah adalah rakyat biasa.

Di museum ini juga dipamerkan pakaian adat Palembang yang merupakan hasil akulturasi budaya China, Arab, Jawa, dan Melayu. Bangsa-bangsa ini telah hidup rukun dengan masyarakat asli Palembang (Melayu) sejak masa kerajaan Sriwijaya dulu. “Saya sangat kagum dengan kerukunan mereka hingga sekarang tidak pernah ada perselisihan diantara etnis Melayu, China, Jawa, dan Arab. Dari museum ini saya sudah bisa membayangkan sejarah dan budaya Palembang seperti apa,” kata seorang pengunjung Museum SMB II Fenty Arfitri dari Jakarta.

Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan beragam cindera mata yang berharga mulai Rp1.000-Rp100ribu di museum ini. Cindera mata yang bisa anda jadikan kenangan yaitu tanjak (peci khas Palembang), gantungan kunci, pin, mug, dan kaos oblong. Segera berkunjung ya!

Leave a comment